Light Novel - Pengorbanan Dua Cahaya - Chapter 08

PENGORBANAN DUA CAHAYA
Created By Inocencc3 / Wakaranai^^

“MMn…, kemudian hanya 2 ilmuwan yang aku lihat dalam kekacauan itu masih berusaha menyelamatkanku dari tabung ion, yah memang aku berhasil keluar dari tabung itu. Dengan kekuatanku hasil dari eksperimen aku dapat mengendalikan listrik, ketika aku sedang men-stabilkan keadaan, aku tidak tahu bahwa 2 ilmuan itu sudah meninggal terbakar oleh lautan api, aku tak berhasil menyelamatkan 2 penyelamatku..., Hu hu hu .... maaf Nur ... jika aku tidak telat menyelamatkan 2 ilmuan itu, pasti kamu tidak hidup sendiri seperti sekarang”, kata Hikari sambil menagis.           “Jangan – jangan kedua ilmuan itu adalah .....”        “ya, itu orang tua mu..”, kata Hikari sambil mengelap air matanya, mendengar kata – kata itu aku jadi lega. “Ahaha, itu lah sifat orang tua ku, dalam bahaya masih saja memikirkan orang lain walau dirinya dalam bahaya”, kata ku sambil menghibur Hikari.
                Hiakri hanya terdiam, “Yah, berarti sekarang sudah kewajibanku untuk meneruskan usaha orang tua ku di akhir hayat mereka,” kata ku.                “M..Maksud mu?”, tanya Hikari                 “Yah, aku akan melindungi mu dengan sepenuh kekuatanku”, kata – kata itu sepertinya merupakan pernyataan cinta ku pada nya bagi Hikari.     “Terimakasih Nur, aku hargai tawaran mu untuk melindungi ku, tetapi kau tahu aku selama ini di incar oleh banyak ilmuan karena kekuatan Electromagnet ku, aku tak mau membahayankan diri mu seperti membahayakan orang tua mu”, kata Hikari.
                “Tidak, walau apapun yang terjadi aku akan melindungi mu, walau nyawa ini taruhannya”, kata ku.          “MMn.., terimakasih Nur, tetapi ini sangat berbahaya jika kau ingin melindungi ku,aku tak mau melihat ada orang menderita lagi demi aku,  aku ingin akhi – akhir ini kamu jangan mendekatiku”, kata Hikari sambil berdiri.            “Laki – laki tak akan menarik ucapannya kembali”, kata ku. “Hmmh, Dasar, kau orang paling bodoh yang pernah ku temui”,kata Hiraki sambil mengusapkan tangannya menghapus air matanya, kata – kata itu membuatku mengatakan bahwa Hikari sudah mempercayaiku .
                Setelah kejadian itu akhirnya aku kembali ke apartemen ku,      “Fuah, kejadian yang sangan tidak terduga”, kata ku.                “Yosh, kita lakukan aktifitas sebelum tidur seperti biasa”, kata ku semangat.        “Sholat ok, mandi ok, makan ....hmm, duh lagi – lagi aku lupa belanja,”kataku sendiri.”Oh iya, kekamarnya Hikari ah, katanya boleh makan gratisan”, kata ku sambil beranjak dari kulkas yang kosong.          “Nananana.... mkaan apa ya nanti di kamarnya Hikari, Yummy pasti enak kaya yang dulu”, kata ku sambil semangat jalan ke kamar Hikari. “Ting – Tong”, aku membunyikan bel “Ting – Tong” aku membunyikan bel sekali lagi, “Hmm, Aneh, Ckriiet~” bunyi aku membuka pintu.”Wah petangnya..., hey Hikarim lagi tidur ya? Aku boleh minta makanannya engga?”, teriakku ke dalam kamarnya yang petang.
                “Cklik----“, suara aku menyalakan lampu “Hey, Hika------, Apa yang?!”, kata ku kaget. Bercak cipratan darah dimana – mana, “Hey – hey.... Hikari ! dimana kamu!”, teriakku kawatir. Makin berjalan ke kamar tidurnya makin banyak cipratan darah di lantai. “Hikari”, kata ku khawatir di dalam hati sambil berjalan ke kamar tidurnya, makin lama makin cepat, pintu kamar tidurnya terbuka, “Hika---“, terlihat tubuh Hikari yang putih telah berbaju merah, tubuhnya berlubang bekas tembakkan.”Hikari!!!!, apa yang terjadi dengan mu?!, bertahanlah !”, kata ku sambil menopang tubuhnya. “Ah,iya! Nenek resepsionis, telepon – telepon!” kata ku sambil mencari telepon di kamar Hikari.              “Cklek, Halo dengan apartemen Coolswarm di----“            “Nek!”, kata ku memotong kata – kata nya          “Nek !! panggil polisi sama ambulan nek!”, kata ku                “Eh?!, Nur  ya?, bukannya ini telepon dari kamarnya Hikari?”     “Hikari nek!, Hikari !” kata ku sambil menahan tangis.
                “Nguuuung------“  terdengar suara sirine ambulan dan polisi dari bawah, segera aku keluar dari kamar dan mendekati lift, “Ting”, bunyi lift sudah sampai di lantai ku “Pak Polisi kearah sini !”, kata ku sambil menunjukkan arah kamar Hikari. Setelah sampai di depan akmarnya, aku pun hanya bisa pasrah di depan pintu sambil menunggu pemeriksaan dari para petugas. “Nak”, kata petugas penyelamat, aku pun segera berdiri. “Gimana Hikari pak?!, apakah dia bisa di selamatkan?!”, kata ku terburu – buru. “Humm, tetapi di kamar itu tidak ada tubuh seorang pun, yang ada hanya selongsong peluru dan bercak darah”, kata kru penyelamat, “Apa?!”, kata ku tidak percaya, ternyata benar yang tersisa hanyalah cipratan darah di mana – mana. Tetapi Hikari tidak ada                “Hikari....Hikari!”, kata ku menangis sambil merasakan hangatnya darah Hikari yang masih kental di lantai.   “?!” apa ini, “Kalung..., ini kalung Hikari yang di pakainya”, kata ku. Aku pun segera terbangun dari duduk ku yang bersimpah darah, dengan sekuat tenaga aku mencari dimana Hikari                “Hikari …hah”     “Hikari… hah hah”            “Hikari..., dimana kamu?!!!!, teriakku. Aku berhenti berlari di pojok lorong apartemen ku, terlihat 4 orang perempuan memakai google militer, membawa senjata F2000 ekstensi dan salah satunya membawa karung.          “Hah hah kalian kah?! Yang membunuh Hikari?! Hah hah”, teriakku sambil terengah – engah, mereka hanya terdiam, “Hei – hei....Jawab!”, teriakku.

0 Response to "Light Novel - Pengorbanan Dua Cahaya - Chapter 08"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme